• Selamat HAB Kemenag 2024
  • PMB SPAN PTKIN 2023

Implementasi Kampus Merdeka Pada Perkuliahan Al-Mufrodat Wal Ibarat

02 Juni 2022

Mata Kuliah Mufradat Wal Ibarat telah melaksanakan perkuliahan dalam rangka mengimplementasikan program kampus merdeka dengan mendatangkan dosen tamu dari UIN SU Medan pada perkuliahan Selasa, 31 Mei 2022 pukul 08.30-10.20 WIB. Perkuliahan ini dilakukan secara online melalui media Google Meet yang dihadiri oleh 42 mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Al-Mufrodat Wal Ibarat kelas C. Acara ini dibuka langsung oleh Dr. H. Ali Burhan, M.A, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Arab dan dipandu oleh Muhammad Alghiffary, M. Hum, dosen pengampu mata kuliah  Al-Mufrodat Wal Ibarat. Perkuliahan ini diisi oleh Nasrun Salim Siregar, M. Hum, Dosen Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan UIN SU Medan. Beliau membahas materi tentang “Al-Mutaradif Dalam Pandangan Abu Hilal Al-Askari”.

Nasrun Salim mengajak mahasiswa untuk berdiskusi terkait mutaradif (sinonim) dalam bahasa Arab, yang mana pendapat Abu Hilal menyebutkan bahwa mutaradif itu tidak ada, karena setiap kata itu memiliki makna tersendiri. Sehingga hal ini memunculkan pertanyaan apakah selama ini siswa mempelajari sinonim mulai dari SD hingga kuliah itu dibohongi? Karena ternyata setelah mengetahui pendapat Abu Hilal ini secara tidak langsung memberitahukan bahwa sinonim itu tidak ada. Nasrun menaggapi pertanyaan ini dengan santai, beliau menjelaskan “bahwasannya pendapat terkait mutaradif itu banyak, ada yang menyetujuinya dan ada yang menyangkalnya karena seseorang itu menyebut sinonim karena tidak mempelajari maknanya secara mendalam. Ketika seseorang mengetahui makna secara mendalam, maka dia akan mengetahui bahwa mutaradif itu tidak ada. Jadi, sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, kita harus mampu memberi pemahaman kepada siswa terkait persepsi ini. Berikut uraian  materi yang disampaikan oleh Nasrun.

 Perkuliahan ini mengajak mahasiswa berdiskusi secara mengalir, salah satunya pertanyaan pemantik datang dari Ayu Winarsih yang menanyakan, “apakah syarat khusus dalam penggunaan at-tikrar (pengulangan), seperti tikrar wahidah dan tikrar tsaniah? Dan bagaimana penerapan kata “istifham” dan “as-sual?” Nasrun menjawab, “pengulangan (at-tikrar) dapat digunakan pada konteks kalimat yang intinya hanya mengulang saja. Sedangkan istifham digunakan pada konteks kalimat tanya ketika penanya benafr-benar ragu ataupun tidak tahu. Kemudian as-sual digunakan ketika penanya berpotensi sudah tau dan pertanyaan ini bersifat umum”. Pertanyaan semakin memanas ditunjukan dari penanya selanjutnya yaitu Arrum Wijaya yang menanyakan, apakah pembahasan terkait pendapat mutaradif atau sinonim menurut Abu Hilal ini dalam bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris sama? Bagaimana jika pembahasan ini berlanjut menjadi sebuah penelitian? Apakah hal itu cukup berpotensi menjadi sebuah informasi baru?” Terkait pertanyaan tersebut Nasrun menjawab bahwa mutaradif menurut Abu Hilal dalam tiga bahasa tersebut itu sama, hanya saja ranah belajar yang berberda-beda sehingga antara bahasa Indonesia, Arab, dan Inggris itu tidak mengetahui secara mendalam satu sama lain. Contohnya dalam bahasa Inggris itu ada Kill dengan Murder yang bearti sama namun memiliki makna dan penempatan yang berbeda.

We use cookies to improve our website. Cookies used for the essential operation of this site have already been set. For more information visit our Cookie policy. I accept cookies from this site. Agree